Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani
konsumen sangat tergantung pada sistem
proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu
dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem,
melalui analisa gangguan.
Dari hasil analisa gangguan,
dapat ditentukan sistem proteksi
yang akan digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit
breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya
suatu relay (setting relay)
untuk keperluan proteksi.
Definisi Sistem Proteksi
Definisi Sistem Proteksi
proteksi
sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya
generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal
operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa
antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron
dan lain-lain. (untuk jelasnya lihat artikel: "Keandalan dan Kualitas Listrik")
Dengan kata lain sistem proteksi itu
bermanfaat untuk:
- menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
- cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin
- dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
- mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi
merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem,
para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat
mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem
yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin
terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan
tersebut secara manual.
arus gangguan yang cukup
besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu
peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal
tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk
bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut
kita kenal dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua fungsi pokok:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap
beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh
gaya-gaya mekanik dst.
"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi".
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus
yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan
pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus:
H = 1kwadrat.R.t Joules
Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik
mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau
Circuit Breaker.
Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan
proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai
dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing
Capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1.
Sekering atau circuit
breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa
pemanasan yang berlebihan (overheating).
2.
Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja.
3.
Sistem Proteksi harus bekerja
walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama, sehingga dapat menyebabkan
overheating pada rangkaian penghantar.
4.
Sistem Proteksi harus membuka
rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus gangguan yang dapat
terjadi.
5.
Proteksi harus dapat melakukan
“pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang terganggu yang
dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian
listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action
relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action
dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum
arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau
ketegangan mekanik.
Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan
sistem proteksi yang efektif, yaitu:
a.
Selektivitas
dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari
kesanggupan sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b.
Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi (gangguan luar).
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi (gangguan luar).
c.
Kecepatan
Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).
d.
Sensitivitas
(kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e.
Pertimbangan
ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi
aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu
banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem
transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun
demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap
kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu
proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
f.
Realiabilitas
(keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian
adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g.
Proteksi
Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang
sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat
mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan
rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo tegangan
yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi
suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil
diantara zo na -zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan
circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini
sistem back up (yang dinamakan, remote back up) akan memberikan perlindungan
karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak
seluas dalam sistem tansmisi,cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis
saja. Remote back up akan bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari
yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.
Komponen-Komponen Sistem Proteksi
Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:
1. Circuit Breaker,
CB (Sakelar Pemutus, PMT)
2. Relay
3. Trafo arus
(Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan
(Potential Transformer, PT)
5. Kabel control
6. Catu daya,
Supplay (batere)
Rangkuman
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu
agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat
panas lebih (overheating), pengaruh gaya mekanik dan sebagainya.
Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang
dapat mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan
H = Ikwadrat.R×t Joules
Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu
sistem koodinasi relay dan circuit breaker
Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat ‘Breaking
capacity’ atau ‘Repturing Capcity’.
Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
1. Selektivitas dan Diskriminasi
2. Stabilitas
3. Kecepatan operasi
4. Sensitivitas (kepekaan).
5. Pertimbangan eko nomis.
6. Realibilitas (keandalan).
7. Proteksi pendukung (back up
protection)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar